Berkebun itu sangat menyenangkan. Banyak orang beralasan tak memiliki lahan untuk sekadar berkebun, tetapi oleh Komunitas Solo Berkebun hal ini dibantah. Sebab, lahan seadanya, hobi berkebun tetap bisa dilakukan.
Solo Berkebun, merupakan sebuah komunitas yang memiliki misi menciptakan lahan hijau di tengah kota. Komunitas ini didirikan pada bulan Agustus 2011. Usianya masih muda, namun komunitas Solo Berkebun sudah menjadi salah satu komunitas yang cukup terkenal di Kota Solo. Solo Berkebun atau biasa disebut Sobun ini, sudah memulai aksinya tidak lama setelah komunitas ini terbentuk. Sobun menggiatkan masyarakat Solo dan sekitarnya, agar memanfaatkan tanah atau ruang di sekitar rumah sebagai media berkebun. Bersama dengan pegiat di dalamnya, Budi Prajitno selaku ketua Komunitas Solo berkebun tidak pernah menyerah dan berhenti untuk menghijaukan kota Solo. Mereka rutin adakan pertemuan di kebun, setiap hari Senin, Kamis, dan Sabtu. Membicarakan masalah rencana kegiatan ke depan dan juga sekaligus cek tanaman. Namun beberapa bulan ini, karena kesibukan masing-masing mereka jadi jarang bertemu.
Salah satu pegiat Sobun, Agam Johar, bercerita mengenai kongres Indonesia Berkebun yang pertama yang baru saja diadakan bulan Oktober 2011. Kongres tersebut dilaksanakan di Kota Solo, tepatnya di Taman Balekambang. Inti dari kongres tersebut adalah membahas mengenai kegiatan dan ide berkebun yang kreatif. Ide yang diusulkan setiap kota bermacam-macam. Ada yang mengusulkan berkebun ekstrim, yakni berkebun di tebing atau berkebun di kawasan pipa salah satu perusahaan minyak bumi di Indonesia. Sedangkan dari Solo Berkebun sendiri memiliki ide berkebun narsis, yakni mengajak masyarakat untuk membuat kebun yang cantik dan setelah itu mereka harus berfoto bersama dengan kebunnya.
Ekologi, Edukasi, dan Ekonomi
Sobun memiliki tiga visi dan misi, yakni ekologi, edukasi, dan ekonomi. Untuk masalah ekologi, Sobun selalu memanfaatkan lahan-lahan yang kosong untuk nantinya dijadikan kebun. Namun lahan yang dimanfaatkan untuk kebun tersebut tidaklah harus besar. “Tak selamanya berkebun itu harus di lahan luas, di dalam pot atau plastik kecil bisa kita isi dengan media tanah dan kita tanami dengan tanaman yang kita inginkan, misalnya sayuran, bunga, atau tanaman lainnya. Kita akan terus galakkan itu,” kata Budi. Lalu untuk masalah edukasi, Sobun mengadakan sosialisasi ke beberapa warga dan komunitas, perihal cara berkebun, pola hidup hijau, dan juga mengajarkan untuk peduli terhadap lingkungan. Untuk masalah edukasi ini, Sobun rencananya akan bekerjasama dengan salah satu media cetak untuk masuk ke sekolah-sekolah di kota Solo, untuk sosialisasi sekaligus mengedukasi siswa tentang berkebun. Yang terakhir adalah ekonomi. Ternyata berkebun itu bisa menjadi mata pencaharian, hasil dari kebun bisa kita jual atau kita konsumsi sendiri.
Panen bersama di lahan Solo Berkebun. |
Foto dengan pegiat berkebun selepas panen. |
“Ya bisa dibilang berkebun merupakan kegiatan produktif, kreatif, edukatif, dan rekreatif. Memang sangat bermanfaat, jika ini diseriusi maka akan menghasilkan nilai ekonomi yang cukup tinggi. Apalagi dengan kondisi bumi kita yang tengah mengalami global warming, berkebun tentu menjadi hal yang bermanfaat untuk mengurangi efeknya,” tutur dia. Kegiatan yang dilakukan Solo Berkebun memang menyenangkan. Namun menurut Agam, ada beberapa faktor yang menjadi masalah, salah satunya adalah cuaca. Beberapa bulan yang lalu kami menanam kangkung, bayam, dan kacang panjang. Karena saat itu musim hujan, kangkung dan bayam yang memiliki struktur daun kecil tidak sanggup menahan air, akhirnya gagal panen. Sedangkan kacang panjang dapat bertahan hidup karena struktur daunnya yang lebar.
Manfaatkan Twitter
Untuk anggota Solo berkebun, ia mengatakan, terdiri dari ratusan anggota yang terdiri dari berbagai latar belakang. Namun kebanyakan dari pegiatnya adalah anak muda atau mahasiswa. Koordinasi kerap dilakukan setiap bulan sekali, dengan ketentuan waktu insidental. Apalagi dengan kesibukan anggota yang beragam, komunitas harus mencari celah waktu yang tepat. Menariknya, para anggota memanfaatkan jaringan Twitter untuk media komunikasi utama. “Kalau pake Twitter, kapan pun dan di mana pun kita terus melakukan komunikasi dan berbagi informasi terkait dengan kegiatan berkebun dan kegiatan lainnya,” ungkap Budi.
Jejaring ini terbukti telah menyatukan para pegiat, dan menyolidkan komunitas untuk mencapai tujuannya selama ini. Tidak hanya dengan pegiat di Sobun saja, namun komunikasi dengan para pegiat Akademi Berkebun lainnya juga menggunakan social media yang sedang tren ini. Twitter tidak hanya digunakan sebagai media komunikasi ke sesama penggiat atau komunitas, namun Sobun juga melakukan edukasi dan memberikan informasi seputar berkebun melalui akun twitter. Seperti contoh, waktu acara kongres Indonesia Berkebun kemarin yang sekaligus menjadi acara tanam perdana Solo Berkebun. Aktivitas pada saat kongres dan tanam perdana terus di update melewati twitter. Bahkan undangan untuk komunitas-komunitas juga disebar melalui twitter. Social Media yang sederhana ini sangat mempermudah Sobun untuk melaksanakan pergerakannya.