12 Mei 2013

ASEAN Blogger Festival 2013

It's a great honour for me to get an opportunity to be a participant in ASEAN Blogger Festival 2013, which is held in Solo City from 9-12 May. As we know, ASEAN Blogger Festival is a conference for bloggers from the ASEAN countries. So they come to the conference, meet up, share, and discuss something with other bloggers. This year, the theme of ABFI2013 is "Reinventing the Spirit of Cultural Heritage in Southeast Asia". There're more than 200 bloggers came in ABFI 2013, 10 foreign and another hundred are local bloggers. 

9 May
All of participant went to Hotel for registration. They're separated in two hotel, Kusuma Sahid Prince Hotel and Sahid Jaya Hotel. At night, we had a gala dinner in Loji Gandrung (official residence of the mayor of Solo).

Opening show by Solo traditional dance. 
Crowd on the right side.
Middle side.

Crowd on the left side.

10 May
The conference was held in Kusuma Sahid Prince Hotel, started at 8am - 5pm. First topic was about "Re-inventing the Spirit of Cultural Heritage in Southeast Asia". Who were the speakers? They're Hazairin Pohan from Ministry of Foreign Affairs-Republic of Indonesia, Thomas Bill from US Mission to Indonesia, and also Muh. Dian Nafi as a history and culture expert.

From left to right : Hazairin Pohan, Thomas Bill, Muh. Dian Nafi

Second topic was about "Into New ASEAN 2015" with the speaker, Prof. Hermawan Kartajaya as The President of World Marketing Association. Well i've never met him before, but since i met him yesterday i do admire him.

Hermawan Kartajaya 

Next, Third topic was about "The Role of Social Media in the ASEAN Socio-Culture Community Building" with the speakers Budi Putra as a CEO of The Jakarta Post Digital and a Director in Viki Inc, and Driana Handayani or usually called Venus as a Blogger.

From left to right : Venus, Moderator, Budi Putra

The last but not least was about "ASEAN Tourism Potentials" with Fransesca Nina Soemitro as a Director of Market Development Information the Ministry of Tourism and Creative Economy Indonesia, and Widdi Srihanto as a Head of Department of Tourism Solo. 
We closed the Second day of conference by Blogger Batik Fashion Show and performance of Blues Community Solo. :)

note:
As a blogger we can make a change of everything in every aspect in ASEAN such as tourism, economic, social, ect. Blog is "OPEN and UNLIMITTED". Blog is a great way to share. ASEAN is in your hand, be the change maker of ASEAN, be the change maker of our country, Indonesia. 


11 May
The third day was more fun than the second. Why? Because the foreign and local delegation presented about their country. The delegation from Philippines gave us a unique-brochure-design of Philippines tourism place. The delegation from Brunei Darussalam said that water in Brunei is more expensive than their oil/petroleum. He told us to visit Brunei on 2nd,3rd, and 4th day of Hari Raya, because The King will open his palace for public, so we can meet him up and also The King will give us many presents. I immediately asked my friend to go there on august haha XD.

Philippines tourism's brochures.
Brunei Darussalam's delegation.

On the third day, we had two sessions class and we were separated in 4 classes in every session. i  attended in cullinary class with Arie Parikesit and Photo Blogging class with Jessica. Arie Parikesit said that cullinary have no borders. He shared everything he knows about cullinary. One of the participant asked him "Makanan apa yang paling keras dan paling lunak yang pernah anda makan?". He answered, the hardest food : Chhurpi from Nepal, and the softest food : Kembang tahu from Indonesia. Chhurpi is a traditional cheese consumed in the Himalayan region. He said that Chhurpi is not like the usual cheese, Chhurpi doesn't melt in your mouth, it tastes plain and feels like eating ceramics.... 
Mr. Arie also told us about Randang. Randang is favorite food in the world, and you know what? there are 100 different types of Randang. WOW!

Arie Parikesit.
Ended the culinary class, we moved to the second floor, photo blogging class with Jessica. She said that photo blogging is not about using blogger, wordpress, and tumblr only for posting your photo. However, tweetpic and FB-pict photo blogging also.
She also explained to us that the good photo blog has:
- large lamp & clear photographs
- photos that tell a story 
- photos that capture emotions
- interesting contents
- good captions
- clean lamp & simple layouts
- Regular updates
The most important thing from your photo blog is the identity.

Jessica from Malaysia.
After the Jessica's class, we had lunch and went to Sukuh Temple or Sangiran. Only 50 participant  s could join the trip to Sukuh Temple. We were only have 30 minutes, so we took some photos there and went back to Solo to Urban Forest.

The gate.

Mr. Joko (guide) tell the history of Sukuh Temple to the participant.

Left to right: KC (Malaysia), Hani (Pontianak), Sasa (Jogja), hana, and me.

Internet connection  is already on at Urban Forest.

Take a picture with Mbak Susie (Kepsek Akber Bekasi & Blogger Bekasi).

12 May
The day was the end of ASEAN Blogger Festival 2013. The closing ceremony was held in Karaton Surakarta Hadiningrat. I could'nt attend the last event. But overall i'm really really happy to be a participant in ABFI 2013. It's unbelievable moment. 
I promise to myself to write more often, and also write something GOOD and stop to write unimportant things on my blog. :)


Written by : Raisa Amelia (@ichiiii)
Photo taken by : Hanna Suryadika

08 Mei 2013

Pesona Dibalik Hijaunya Desa Sumber Sari-Kemuning


Kicau burung dan hembusan angin yang saling bersautan, menyambut pagi di kala itu. Sejauh mata memandang, yang nampak hanyalah  hamparan kebun teh yang menyejukkan mata. . 

Siluet Gunung Lawu yang nampak dari perkebunan teh Ngargoyoso, Kemuning.
Perpaduan birunya langit dan hijaunya perkebunan teh.
Pukul 4 pagi. Kebanyakan orang masih terlelap, namun saya sudah bergegas berangkat menuju Kemuning. Udara dingin yang menusuk tulang tidak mengurungkan niat saya untuk pergi, itu semua demi melihat matahari terbit yang kata kebanyakan orang terlihat sangat menawan. Benar saja, setiba disana saya langsung disambut dengan cahaya kemerahan yang perlahan mulai muncul dari balik bukit. Ternyata apa yang dikatakan orang-orang benar, mataharinya menawan dan memang lebih asyik jika dilihat dari atas bukit. Sejenak melepas lelah, saya beristirahat di kediaman salah satu warga disitu, Ngadiyem (55).

Ibu Ngadiyem.

Setelah sarapan dan meneguk teh hangat, saya dan Ngadiyem berjalan menyusuri kebun teh sambil menggendong beberapa perlengkapannya untuk bekerja. Perempuan dari Desa Sumber Sari, Dusun Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, itu setiap harinya memang berangkat kerja dengan berjalan kaki. Saya mengikuti Ngadiyem ke tempat ia bekerja. Ia berprofesi sebagai pemetik teh di Ngargoyoso. Jarak yang ditempuh dari rumahnya ke tempat kerja cukup jauh, saya pun kelelahan mengikuti Ngadiyem. Biarpun berjalan kaki, namun rasa penasaran melihat para pemetik teh bekerja menjadikan saya bersemangat untuk meneruskan perjalanan. Jarak yang ditempuh kira-kira sejauh 4km atau sekitar kurang lebih 45 menit dengan berjalan kaki. Agak susah memang untuk dilalui sepeda motor, jalanannya berbatu dan tidak rata. Kata Ngadiyem jika hujan turun, maka jalanan disini menjadi sangat licin dan becek.

Jalan setapak di tengah kebun teh.

Makan siang bersama.
Pemandangan disana memang benar-benar indah. Sinar matahari yang membuat biasan cahaya cantik pada tiap dedaunan  menambah keindahan pagi itu. Apalagi letak kebun teh ini berada di belakang Gunung Lawu, jadi kita bisa melihat juga penampakan Gunung Lawu dari kebun teh. Di kebun teh Ngargoyoso ada satu hal yang unik, semua pemetik tehnya adalah perempuan, dan rata-rata usia mereka sekitar 40-60 tahun. Katanya, yang muda-muda lebih memilih bekerja di kota atau luar negri. Mereka merasa gengsi bila harus bekerja sebagai pemetik teh.  Luas keseluruhan lahan kebun teh di kemuning sekitar 350 hektar dan di kelola oleh pihak swasta. Jenis dan kualitas daun teh yang ada disini juga bermacam-macam. Ada pula teh yang sampai di ekspor ke luar negri, tentu yang kualitasnya paling tinggi.
Para pemetik teh memasukkan hasil petikan mereka kedalam truk pabrik teh.

Sangat menarik memperhatikan para pemetik teh ini bekerja dengan pakaian khususnya. Mereka sangat cekatan dan jeli memilih daun. Ketika asyik memperhatikan mereka bekerja, ada suara bising kendaraan besar terdengar dari kejauhan. Rupanya itu adalah truk pengangkut daun teh yang datang dari pabrik. Beberapa laki-laki dan satu orang mandor turun dari truk. Mereka mulai menimbang hasil petikan dari para pekerja kemudian si mandor mencatatnya. Upah yang diterima oleh para pekerja pun tidak banyak. Per kilo mereka hanya di beri upah rata-rata 350 perak. Itu tidak seberapa dari apa yang mereka kerjakan dari pagi hingga siang hari.

Ndoro Donker 
Lepas dari situ, saya tidak langsung kembali ke rumah. Tidak lengkap rasanya jika anda pergi ke Ngargoyoso, namun tidak singgah di sebuah kedai teh yang terkenal disitu. Namanya Ndoro Donker. Kedainya bernuansa klasik. Di dalamnya terdapat foto-foto dari pengunjung, dan beberapa contoh teh. Warna putih dan abu-abu mendominasi kedai itu. Kebanyakan pengunjungnya adalah ekspatriat.  Hanya Lima belas menit perjalanan dari Argo Wisata Kemuning, anda sudah bisa mencicipi aneka teh dengan rasa yang unik. Beberapa rasa teh yang menjadi andalah mereka adalah green tea, mint tea, dan fruit tea. Harga teh yang dijual disana dibandrol mulai dari Rp 15.000,- . Letaknya yang strategis dan berada di antara kebun teh membuat siapapun pengunjung yang datang merasa nyaman dan relax. Tempat ini sangat cocok bagi anda yang ingin bersantai dan melepas penat.



Photo taken by @gilangvox @diandwisaputra @joedocks

07 Mei 2013

Inovasi Koran Ala Belanda



Koran atau yang dalam bahasa Belanda disebut krant adalah suatu penerbitan yang ringan dan biasanya dicetak di kertas koran dengan biaya yang cukup murah. Koran berisi berita-berita terkini dalam berbagai macam topik.  Koran terdiri dari beberapa kolom dan terbit setiap hari atau secara periodik. Ukuran dari koran pun berbeda-beda, tergantung dari kebijakan perusahaan media cetak itu sendiri. Koran menjadi sebuah media yang memiliki peranan penting tidak hanya sebagai media penyebaran informasi ke masyarakat namun juga sebagai media yang menampung opini dan aspirasi dari masyarakat. Walaupun saat ini muncul banyak portal-portal berita atau koran digital, namun tidak membuat eksistensi dari media cetak terlebihnya koran itu surut.


Masih banyak masyarakat yang ‘setia’ dengan koran. Di Belanda misalnya, Koran masih menjadi bacaan wajib bagi masyarakat. Hal tersebut dikarenakan budaya membaca di sana sangat tinggi, terbukti dengan banyaknya perpustakaan umum. Budaya membaca juga terlihat di kereta, bis, dan transportasi umum lainnya. Terlihat banyak orang yang membawa bacaan mereka, entah buku, koran dan media cetak lainnya. Dimanapun, kapanpun, membaca sudah menjadi rutinitas. 


Berkaitan dengan budaya membaca khususnya membaca koran di Belanda, lagi-lagi muncul inovasi baru, yakni Koran Vertikal. Koran Vertikal dibuat oleh Telegraaf Media Groep, muncul dikarenakan ketika orang sedang membaca koran kemudian ada orang lain yang melakukan hal yang sama dan duduk bersebelahan. Bila mereka membalikkan lembar koran, maka pasti tangan mereka akan bersentuhan atau tumpang tindih. Mungkin anda pernah mengalami hal tersebut. Terlebih lagi apabila anda duduk berhimpitan dan membuat anda menjadi tidak nyaman membaca. 

Media cetak di Negri kincir angin ini peka terhadap masalah yang mungkin dianggap sepele oleh sebagian orang. Terciptalah Koran Vertikal, dan masalah ketidaknyamanan tersebut pun teratasi. Peter Bluijs, pihak dari Telegraaf Media Groep memperlihatkan sebuah video bagaimana sulit dan tidak nyamannya orang membaca koran dalam keadaan berhimpitan. Tangan mereka bertindihan dan bersinggungan satu sama lain.

Kemudian ia memperlihatkan pula beberapa orang yang sedang membaca koran, dan ditengah-tengah mereka ada satu orang yang membaca koran vertikal. Benar saja tangan orang tersebut tidak bersinggungan ataupun tumpang tindih dengan tangan yang ada disamping kanan kirinya. Kalau biasanya kita membalikkan lembar pada koran dari kanan ke kiri, tapi koran vertikal justru dari bawah ke atas. fyi, koran ala Belanda ini selain hemat juga efektif lho. Keren!



Ditulis Oleh : Raisa Amelia

06 Mei 2013

Belanda Terus Berada di Atas Air


“Banjir lagi-banjir lagi”.

Masalah klasik yang sepertinya bukan hal yang mudah untuk di selesaikan dan menjadi PR bagi pemerintah Kota Jakarta dari tahun ketahun. Kondisi jalanan atau area di Jakarta saat ini menjadi sangat parah dan memprihatinkan ketika hujan turun. Jangankan hujan lebat, hujan dengan intensitas sedang saja sudah berhasil menimbulkan genangan. Belum lagi jika hujan turun dalam waktu yang lama, wah banjir dimana-mana. 
Banjir di Kawasan Bundaran HI, Jakarta.

Drainase Kota Jakarta yang buruk, menjadi salah satu penyebab utama banjir. Drainase yang berupa gorong-gorong di bawah jalanan di Jakarta sangat kecil dan tua. Misalnya saja drainase yang berada di sepanjang jalan Sudirman-MH Thamrin hanya berkelas mikro. Lubang resapan di sisi jalan hanya berdiameter 60 cm. Resapan ini tersambung dengan gorong-gorong di bawah trotoar yang memiliki diameter 80 cm. Fyi, gorong-gorong kelas mikro itu tidak mampu menampung beban curah hujan yang banyak. Kota yang memiliki ketinggian rendah seperti Jakarta harusnya memiliki sistem drainase terpadu lebih baik.

Waterway di Belanda

Polder River Expansion

Sistem Drainase yang baik? Nampaknya kita perlu belajar dari Belanda.
Belanda merupakan Negara yang memiliki sistem pengelolaan air terbaik di dunia. Salah satu kota yang drainase-nya dikelola oleh Belanda pada masa kolonial adalah Yogyakarta, tepatnya di daerah Kotabaru yang dulunya dikenal dengan nama Nieuwe Wijk. Merupakan daerah pemukiman Belanda yang memiliki desain pola radial yang sangat rapi serta infrastruktur yang terencana. Dibangun saluran bawah tanah untuk mengelola limbah rumah tangga guna mencegah pencemaran lingkungan serta mengalirkan air hujan ke selokan kecil yang kemudian bermuara pada pembuangan akhir. Nieuwe Wijk tidak pernah banjir.
 
Sistem Polder di Kinderdijk, Belanda.

Sketsa Sistem Polder.

Belanda menerapkan sistem polder yang kompleks untuk mempertahankan wilayah Belanda dari ancaman banjir dan air pasang. Sistem ini dimulai di Belanda pada abad ke-11 yang kemudian disempurnakan dengan adanya penggunaan kincir angina pada abad ke-13. Polder adalah dataran rendah yang membentuk daerah yang dikelilingi oleh tanggul. Pada daerah ini air buangan seperti air kotor dan air hujan dikumpulkan di suatu badan air (sungai, kanal) lalu dipompakan ke badan air yang lebih tinggi posisinya, hingga pada akhirnya dipompakan ke sungai atau kanal yang bermuara ke laut. Sistem polder banyak diterapkan pada reklamasi laut atau muara sungai, juga pada manajemen air buangan (air kotor dan drainase hujan) di daerah yang lebih rendah dari permukaan laut dan sungai. Air dalam sistem dikendalikan sedemikian rupa sehingga jika terdapat kelebihan air yang dapat menyebabkan banjir, maka kelebihan air itu dipompa keluar sistem polder.

Proyek Delta (Delta Works/Deltawerken)

Penerapan sistem polder dapat memecahkan masalah banjir perkotaan. Suatu subsistem-subsistem pengelolaan tata air tersebut sangat demokratis dan mandiri sehingga dapat dikembangkan dan dioperasikan oleh dan untuk masyarakat dalam hal pengendalian banjir kawasan permukiman mereka.
Belanda berjuang melawan banjir yang hampir satu milenium menimpa. Salah satu bencana banjir yang paling banyak memakan korban jiwa adalah yang terjadi pada tahun 1953. Pada akhirnya Pemerintah Belanda membuat Proyek Delta (Delta Works/ Deltawerken), yakni pembangunan infrastruktur polder strategis untuk menguatkan pertahanan terhadap bencana banjir. Secara konsep, Proyek Delta ini akan mengurangi resiko banjir di South Holland dan Zeeland untuk sekali per 10.000 tahun. Belanda memang negri yang tidak berhenti untuk berinovasi. Meskipun begitu, Belanda terus menerus menyempurnakan sistem poldernya, hal ini adalah perjuangan yang dilakukan Belanda untuk terus berada di “atas air”.
Kita patut belajar dari sang ahli.

Ditulis oleh: Raisa Amelia

04 Mei 2013

Smart Idea, Smart Highway


Inovasi di bidang teknologi semakin hari kian bertambah. Tidak hanya penemu-penemu yang sudah dianggap senior di bidangnya saja yang merancang dan menciptakan, namun juga penemu-penemu junior atau bisa dikatakan baru, mulai bermunculan. Merealisasikan ide-ide yang mereka miliki menjadi sebuah teknologi atau penemuan baru yang berguna bagi masyarakat. Daan Roosegaarde, seorang designer yang lahir di Nieuwkoop pada tahun 1979 yang merupakan owner dari Studio Roosegaarde. Dialah pioneer Belanda yang punya sebuah ide brilliant yang dia desain untuk kemudian dapat di aplikasikan pada jalan raya. Desain tersebut diberi nama Smart Highway.

Meningkatnya frekuensi kecelakaan di jalan raya menjadi sebuah permasalahan yang harus menjadi sebuah perhatian bagi kita semua. Apalagi kecelakaan di jalan raya yang terjadi pada saat cuaca tidak baik atau ketika sedang gelap rentan terjadi. Nah, ide dari Roosegaarde, Smart Highway adalah salah satu solusinya untuk setidaknya mengurangi frekuensi tingkat kecelakaan lalu lintas di Belanda.
Smart Highway merupakan konsep jalan raya yang akan bersinar di malam hari atau pada saat kondisi gelap, dan jalan raya yang juga dapat mengisi energi pada mobil listrik.

Tahun ini Smart Highway sudah akan mulai direalisasikan namun dilaksanakan secara bertahap. Dimulai dari pengerjaan marka jalan pada jalan raya di Belanda yang akan dibuat dengan menggunakan cat yang terbuat dari bubuk photo luminescent. Bubuk photo luminescent pada cat ini berfungsi untuk menyimpan energi matahari saat siang hari. Kemudian energi matahari yang tadi telah disimpan oleh marka jalan tersebut akan memancarkan cahaya dan tentunya dapat digunakan sebagai penerangan jalan pada malam hari atau keadaan gelap selama lebih dari 10 jam.

Pola kristal yang nampak pada jalan raya saat suhu udara di bawah nol derajat.

Selain marka jalan, pada lajur jalan raya akan diaplikasikan cat yang responsif terhadap suhu atau temperatur. Jadi, pada saat cuaca dingin atau saat suhu udara dibawah nol derajat, maka lajur jalan raya tersebut akan menampakkan pola kristal es yang dapat dilihat secara kasat mata. Pola Kristal es yang muncul tersebut menjadi peringatan bagi pengendara untuk menurunkan kecepatan dan juga berhati-hati. Karena ketika cuaca dingin atau suhu udara berada di bawah nol derajat, dapat memungkinkan lajur jalan raya menjadi licin.

Electric Priority Lane sebagai jalur pengisian daya kendaraan bertenaga listrik.

Dengan mengusung konsep ramah lingkungan, Smart Highway juga akan menyediakan Electric Priority Lane, yakni sebuah jalur khusus berlapis magnet yang berfungsi sebagai jalur pengisian daya kendaraan bertenaga listrik. Kendaraan bertenaga listrik akan terus mengisi ulang daya selama kendaraan berada pada jalur tersebut. Pengisian daya listrik mirip dengan proses pengisian daya listrik pada sikat gigi listrik.


Lampu di jalan raya akan menyala dengan menggunakan tenaga angin.


Lampu pada jalan raya akan menyala bila kendaraan mendekat, dan mati bila menjauh.

Selain itu adapula Interactive Light dan Wind Light. Interactive Light yang hanya memancarkan cahaya pada saat kendaraan melintas di dekatnya. Sedangkan Wind Light  menggunakan tenaga angin dan akan memancarkan cahaya karena hembusan angin yang dihasilkan pada saat kendaraan melintas.

Konsep sebuah jalan raya yang sangat brilliant, membantu para pengendara yang melintas pada saat gelap untuk tetap fokus pada jalanan dan juga ruas jalan yang disertai lajur untuk pengisian daya kendaraan listrik. Well, Belanda memang Negara yang hebat dan melahirkan penemu dan pencipta.
Sekarang pengguna jalan raya sudah tidak perlu khawatir lagi ya ketika berkendara pada saat gelap. Saya sudah tidak sabar nih melihat ide tersebut diterapkan pada jalan raya.

Ditulis oleh : Raisa Amelia


Sumber :