“Banjir lagi-banjir lagi”.
Masalah klasik
yang sepertinya bukan hal yang mudah untuk di selesaikan dan menjadi PR bagi pemerintah
Kota Jakarta dari tahun ketahun. Kondisi jalanan atau area di Jakarta saat ini
menjadi sangat parah dan memprihatinkan ketika hujan turun. Jangankan hujan
lebat, hujan dengan intensitas sedang saja sudah berhasil menimbulkan genangan.
Belum lagi jika hujan turun dalam waktu yang lama, wah banjir dimana-mana.
Banjir di Kawasan Bundaran HI, Jakarta. |
Drainase
Kota Jakarta yang buruk, menjadi salah satu penyebab utama banjir. Drainase
yang berupa gorong-gorong di bawah jalanan di Jakarta sangat kecil dan tua. Misalnya
saja drainase yang berada di sepanjang jalan Sudirman-MH Thamrin hanya berkelas
mikro. Lubang resapan di sisi jalan hanya berdiameter 60 cm. Resapan ini
tersambung dengan gorong-gorong di bawah trotoar yang memiliki diameter 80 cm. Fyi, gorong-gorong kelas mikro itu tidak
mampu menampung beban curah hujan yang banyak. Kota yang memiliki ketinggian
rendah seperti Jakarta harusnya memiliki sistem drainase terpadu lebih baik.
Waterway di Belanda |
Polder River Expansion |
Sistem Drainase
yang baik? Nampaknya kita perlu belajar dari Belanda.
Belanda
merupakan Negara yang memiliki sistem pengelolaan air terbaik di dunia. Salah satu
kota yang drainase-nya dikelola oleh Belanda pada masa kolonial adalah
Yogyakarta, tepatnya di daerah Kotabaru yang dulunya dikenal dengan nama Nieuwe
Wijk. Merupakan daerah pemukiman Belanda yang memiliki desain pola radial yang
sangat rapi serta infrastruktur yang terencana. Dibangun saluran bawah tanah untuk
mengelola limbah rumah tangga guna mencegah pencemaran lingkungan serta
mengalirkan air hujan ke selokan kecil yang kemudian bermuara pada pembuangan
akhir. Nieuwe Wijk tidak pernah banjir.
Sketsa Sistem Polder. |
Belanda
menerapkan sistem polder yang kompleks untuk mempertahankan wilayah Belanda
dari ancaman banjir dan air pasang. Sistem ini dimulai di Belanda pada abad
ke-11 yang kemudian disempurnakan dengan adanya penggunaan kincir angina pada
abad ke-13. Polder adalah dataran rendah yang membentuk daerah yang dikelilingi
oleh tanggul. Pada daerah ini air buangan seperti air kotor dan air hujan
dikumpulkan di suatu badan air (sungai, kanal) lalu dipompakan ke badan air
yang lebih tinggi posisinya, hingga pada akhirnya dipompakan ke sungai atau
kanal yang bermuara ke laut. Sistem polder banyak diterapkan pada reklamasi
laut atau muara sungai, juga pada manajemen air buangan (air kotor dan drainase
hujan) di daerah yang lebih rendah dari permukaan laut dan sungai. Air dalam
sistem dikendalikan sedemikian rupa sehingga jika terdapat kelebihan air yang
dapat menyebabkan banjir, maka kelebihan air itu dipompa keluar sistem polder.
Proyek Delta (Delta Works/Deltawerken) |
Penerapan sistem
polder dapat memecahkan masalah banjir perkotaan. Suatu subsistem-subsistem
pengelolaan tata air tersebut sangat demokratis dan mandiri sehingga dapat
dikembangkan dan dioperasikan oleh dan untuk masyarakat dalam hal pengendalian
banjir kawasan permukiman mereka.
Belanda berjuang
melawan banjir yang hampir satu milenium menimpa. Salah satu bencana banjir yang
paling banyak memakan korban jiwa adalah yang terjadi pada tahun 1953. Pada
akhirnya Pemerintah Belanda membuat Proyek Delta (Delta Works/ Deltawerken),
yakni pembangunan infrastruktur polder strategis untuk menguatkan pertahanan
terhadap bencana banjir. Secara konsep, Proyek Delta ini akan mengurangi resiko
banjir di South Holland dan Zeeland untuk sekali per 10.000 tahun. Belanda memang
negri yang tidak berhenti untuk berinovasi. Meskipun begitu, Belanda terus
menerus menyempurnakan sistem poldernya, hal ini adalah perjuangan yang dilakukan
Belanda untuk terus berada di “atas air”.
Kita patut belajar dari sang ahli.
Ditulis oleh: Raisa Amelia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar